Indonesiafakta.com — Sejumlah kendaraan terlihat antre panjang saat melintasi Jalan Lintas Nasional Medan-Banda Aceh yang rusak parah akibat banjir di Desa Tualang Baro, Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, pada Kamis (4/12/2025). Kerusakan jalan ini menjadi salah satu dampak serius dari bencana alam hidrometeorologi yang melanda daerah tersebut pada Rabu (26/11/2025).
Bencana banjir yang terjadi di Aceh Tamiang ini telah menimbulkan kerugian besar, baik dari sisi infrastruktur maupun dampak sosial masyarakat. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, tercatat sebanyak 42 orang meninggal dunia akibat bencana ini. Selain itu, bencana ini memaksa ribuan warga mengungsi, dengan jumlah total pengungsi mencapai 284.074 jiwa. Angka ini mencerminkan skala besar bencana yang melanda kabupaten yang dikenal memiliki wilayah rawan banjir dan longsor ini.
Kerusakan infrastruktur menjadi salah satu persoalan utama pasca-banjir. Jalan Lintas Nasional Medan-Banda Aceh, yang menjadi jalur vital penghubung antar-provinsi di Sumatera Utara dan Aceh, mengalami kerusakan parah di sejumlah titik, termasuk di Desa Tualang Baro. Kondisi ini memaksa kendaraan melintasi jalan yang sempit dan rusak, sehingga menimbulkan antrean panjang dan menghambat mobilitas masyarakat serta distribusi bantuan. Selain jalan, sejumlah jembatan dan fasilitas publik lainnya juga dilaporkan mengalami kerusakan, memperparah kondisi darurat yang dihadapi warga.
Banjir di Aceh Tamiang merupakan akibat dari tingginya intensitas hujan yang mengguyur wilayah tersebut selama beberapa hari berturut-turut. Air sungai yang meluap dan sistem drainase yang tidak mampu menampung debit air menyebabkan genangan meluas ke permukiman penduduk, sekolah, dan fasilitas kesehatan. Dampak sosial yang ditimbulkan cukup signifikan, termasuk terganggunya aktivitas ekonomi warga, terutama para petani dan pedagang yang menjadi tulang punggung perekonomian lokal.
Sejumlah lokasi pengungsian darurat telah dibuka untuk menampung warga yang terdampak. BPBD setempat bersama aparat desa, relawan, serta unsur TNI dan Polri bekerja keras untuk mengevakuasi masyarakat, menyediakan kebutuhan pokok, serta memastikan akses kesehatan bagi korban terdampak. Makanan, air bersih, obat-obatan, dan perlengkapan darurat menjadi prioritas utama. Selain itu, tim medis juga dikerahkan untuk menangani warga yang sakit atau mengalami luka-luka akibat banjir dan longsor.
Kondisi jalan yang rusak menambah kompleksitas penanganan bencana. Kendaraan bantuan logistik kerap tertahan di beberapa titik, sehingga distribusi bantuan tidak selalu lancar. Aparat terkait terus melakukan perbaikan darurat di beberapa ruas jalan untuk memperlancar mobilitas, termasuk pemasangan jembatan darurat dan perbaikan permukaan jalan agar kendaraan bisa melintas. Meski demikian, akses transportasi tetap menjadi tantangan utama dalam penanganan bencana ini.
Selain penanganan darurat, bencana ini juga menimbulkan keprihatinan terkait mitigasi dan kesiapsiagaan bencana di Kabupaten Aceh Tamiang. Tingginya jumlah korban dan pengungsi menegaskan perlunya peningkatan sistem peringatan dini, perbaikan infrastruktur penahan banjir, serta edukasi masyarakat mengenai langkah-langkah keselamatan saat terjadi bencana hidrometeorologi. Pihak pemerintah daerah, BPBD, dan masyarakat diharapkan dapat bersinergi untuk mengurangi risiko bencana di masa mendatang.
Meski bencana ini meninggalkan duka, kerja sama antara aparat pemerintah, relawan, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam menghadapi situasi darurat. Evakuasi cepat, distribusi bantuan yang tepat sasaran, serta perhatian terhadap kebutuhan pengungsi menjadi langkah penting untuk meminimalkan korban lebih lanjut. Kondisi jalan dan sarana umum yang rusak diharapkan segera diperbaiki agar kehidupan warga dapat kembali normal secepat mungkin.
Banjir yang melanda Kabupaten Aceh Tamiang ini menjadi pengingat akan pentingnya mitigasi bencana dan kesiapsiagaan masyarakat. Dengan perencanaan yang matang, infrastruktur yang memadai, serta kesadaran masyarakat terhadap risiko hidrometeorologi, dampak bencana di masa mendatang dapat diminimalkan. Saat ini, fokus utama pemerintah dan masyarakat adalah membantu para korban, memulihkan akses transportasi, dan memperbaiki infrastruktur yang terdampak agar kehidupan sehari-hari warga dapat kembali berjalan normal.