Indonesiafakta.com — Pengungsian di Wih Pesam, Kabupaten Bener Meriah, menjadi salah satu lokasi yang menampung masyarakat terdampak bencana alam yang terjadi beberapa waktu lalu. Sejak hari pertama, jumlah pengungsi terus bertambah karena banyak warga harus meninggalkan rumah mereka yang rusak atau berada di zona rawan. Kondisi di lapangan cukup memprihatinkan; banyak pengungsi masih terlihat lelah secara fisik maupun emosional akibat proses evakuasi yang berlangsung cepat dan mendadak. Posko-posko darurat yang disiapkan pemerintah daerah dan aparat gabungan diupayakan agar mampu menampung seluruh warga, namun keterbatasan fasilitas membuat penanganan harus dilakukan secara bertahap. Situasi inilah yang membuat kehadiran pelayanan kesehatan menjadi sangat penting untuk mencegah munculnya penyakit dan menjaga kondisi para pengungsi tetap stabil.
Sebagai bentuk tanggung jawab terhadap keselamatan warga, pemerintah daerah bekerja sama dengan tenaga medis dari Dinas Kesehatan, puskesmas setempat, serta relawan kesehatan untuk membuka layanan medis di posko pengungsian. Tim medis ditempatkan secara bergiliran untuk memastikan pelayanan dapat terus berlangsung tanpa jeda yang terlalu lama. Fasilitas kesehatan sementara seperti tenda medis, kendaraan ambulans, dan peralatan pemeriksaan dasar disiapkan dalam waktu singkat. Para dokter dan perawat fokus memberikan perawatan kepada pengungsi yang mengalami kelelahan, luka ringan, gangguan pernapasan, hingga kondisi kronis yang membutuhkan obat rutin. Kehadiran tim medis ini memberikan ketenangan bagi para pengungsi, karena mereka merasa diperhatikan dan dipastikan mendapatkan penanganan bila sewaktu-waktu mengalami masalah kesehatan.
Anak-anak dan lansia merupakan kelompok yang paling rentan terkena penyakit di lokasi pengungsian. Lingkungan yang padat, perubahan cuaca, serta makanan yang tidak selalu terjamin kandungan gizinya membuat daya tahan tubuh keduanya lebih mudah menurun. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan kesehatan secara khusus kepada anak-anak, seperti pengecekan suhu, kondisi pernapasan, hingga pemberian vitamin. Untuk para lansia, dilakukan pemeriksaan tekanan darah, gula darah, serta pemberian obat bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi atau diabetes. Pendekatan yang dilakukan tidak hanya bersifat medis, tetapi juga edukatif dengan memberikan pengarahan bagi keluarga agar lebih memperhatikan kebersihan dan pola makan anggota keluarganya yang rentan tersebut.
Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan, terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah keterbatasan sarana medis yang tidak sebanding dengan jumlah pengungsi yang cukup banyak. Selain itu, kondisi cuaca yang tidak menentu dan lokasi pengungsian yang berada di daerah perbukitan menyulitkan proses distribusi obat-obatan dan logistik lainnya. Meski begitu, tim medis dan relawan terus berupaya memberikan pelayanan terbaik dengan memaksimalkan sumber daya yang ada. Tantangan lainnya adalah tingginya risiko penyebaran penyakit menular seperti infeksi saluran pernapasan dan diare yang sering muncul pada kondisi pengungsian. Hal ini memaksa petugas untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperkuat upaya pencegahan melalui penyuluhan kesehatan dan penataan ruang agar tidak terlalu padat.
Pelayanan kesehatan di Wih Pesam tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan relawan dan masyarakat setempat yang ikut terlibat. Relawan membantu mengatur antrean pemeriksaan, membagikan makanan, serta menjaga kebersihan area pengungsian. Masyarakat sekitar pun turut menyumbangkan logistik mulai dari air minum, pakaian layak pakai, hingga makanan siap saji bagi para pengungsi. Sinergi antara petugas medis, aparat, dan masyarakat umum menjadi kunci utama keberhasilan penanganan pengungsi. Kolaborasi ini memberikan semangat baru dan meningkatkan rasa kebersamaan, sehingga para pengungsi tidak merasa sendirian menghadapi masa sulit ini.
Dengan adanya pelayanan kesehatan yang maksimal, diharapkan kondisi para pengungsi di Wih Pesam dapat terus membaik. Pemerintah juga berupaya mempercepat perbaikan infrastruktur di daerah terdampak agar masyarakat dapat segera kembali ke rumah masing-masing. Selain itu, evaluasi berkala terus dilakukan untuk memastikan penanganan kesehatan di pengungsian tetap efektif dan mampu mengantisipasi berbagai kendala. Para pengungsi berharap situasi segera pulih dan mereka dapat kembali menjalani kehidupan normal. Meski demikian, pengalaman berada di pengungsian menjadi pelajaran penting tentang pentingnya solidaritas dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.